1.) Agama kau sanggup hancur dan lenyap disebabkan oleh 4 hal :
a. Kamu tidak mau bersedekah terhadap sesuatu yang telah kau ketahui.
b. Kamu melaksanakan sesuatu pekerjaan dengan dasar yang tidak kau ketahui.
c. Kamu tidak mau mencar ilmu terhadap sesuatu yang tidak kau ketahui, bahkan kau membiarkan dirimu abadi dalam kebodohan.
d. Kamu menghalangi orang lain untuk mencar ilmu sesuatu yang tidak mereka ketahui.
2.) Dalam mencari ilmu seharusnya :
a. Diusahakan diperoleh dengan metode burung gagak, yaitu kalau mencari mangsa berangkat pagi-pagi benar, demikian pula dikala mencari ilmu.
b. Dengan kesabaran unta. Sabar dalam menanggung beban berat yang dialami dikala mencari ilmu.
c. Dengan kerakusan babi hutan. Kerakusan terhadap ilmu, ulet belajar.
d. Dengan kecemburuan anjing, dalam menjaga ilmu.
3.) Wahai hamba Allah, janganlah kau sia-siakan hidup menurut ilmu tanpa menjaganya dengan pengamalan. Karena hal itu tidak bermanfaat bagimu. Untuk apa kau cendekia kalau tidak kau amalkan. Berilmu itu wajib bagimu dan mengamalkannya pun wajib, tidak sanggup dipisah-pisahkan antara ilmu dan amal, alasannya yakni amal itu butuh ilmu dan amal merupakan suatu kewajiban yang harus kau lakukan. Ibarat sebuah pohon, ilmu yakni batangnya sedang amal yakni buahnya. Hidup ini harus berilmu, dan dari ilmu itu menghasilkan buah, dan buah itulah yang disebut amalan kita.
4.) Ilmu itu dijadikan semoga diamalkan, bukan hanya untuk dipelihara saja. Belajarlah dan beramallah kemudian kenali orang lain. Kalau kau cendekia kemudian rela beramal, maka ilmu itu terucap darimu dikala kau diam. Maka berbicaralah kau dengan verbal yang dihiasi amal. Jangan hingga kau berbicara wacana ilmu tetapi tidak kau sertai dengan amal, bagaikan pohon tidak berbuah. Seorang ulama berkata: “Ilmu siapa tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula tutur katanya”. Wahai hamba Allah, orang bersedekah dengan ilmu akan menerima manfaat dengan ilmu tersebut, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
5.) Janganlah kau tiba hanya membawa sepucuk ilmu kemudian merasa cukup. Sesungguhnya ilmu itu harus disertai amal. Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tidak berbuah, dan bersedekah tanpa ilmu bagaikan membangun rumah diatas pondasi yang rapuh, tak akan sanggup tegak. Janganlah kau menjadi penjual amal dengan ilmu, lantaran diantara kau banyak orang yang pintar berpantun disertai ibarat-ibarat dan kebenaran-kebenaran mencakup balaghahnya namun tidak disertai dengan amalan, bahkan tidak punya rasa ikhlas. Seandainya kau mau melatih hati, tentu anggota tubuhmu ikut terlatih, lantaran hati itu sentra organ badan yang ada.
Ilmu itu mirip kulit dan amal bagaikan kerangka. Kulit itu sanggup dipelihara kalau kerangkanya terpelihara, kalau kulitnya rusak, maka rusak pula kerangkanya. Jika amal tidak ada maka ilmu itu lenyap dengan sendirinya. Mana mungkin ilmumu bermanfaat bagimu kalau tidak kau amalkan. Wahai orang berilmu, kalau kau ingin memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat, amalkanlah ilmumu, ajarilah manusia. Hai orang kaya, kalau kau ingin baik di dunia dan akhirat, ringankanlah beban orang-orang fakir.
6.) Perbaikilah persahabatanmu dengan Allah, takutlah kepada-Nya, beramallah dengan hukum-hukum-Nya, tunaikan hak-Nya. Apabila kau bersedekah memakai aturan Allah berarti telah menunaikan amal dengan usahamu, bahkan kau termasuk mendorong orang lain untuk mengamalkan hukum-hukum-Nya. Ilmu yang kau miliki dan amalkan, sehabis kau amalkan akan timbul ilmu lagi bagimu tanpa kau pelajari, ini yakni anugerah Allah lantaran perbuatan baikmu.
7.) Satu kali kecelakaan bagi orang jahil (bodoh, tidak berilmu) yaitu lantaran tidak mau belajar, dan tujuh kali kecelakaan bagi orang beriman lantaran menyia-nyiakan ilmunya. Orang cendekia tetapi tidak beramal, maka lenyaplah berkah ilmunya dan lepaslah tanda baginya. Berilmu kemudian bersedekah kemudian memperbaiki cinta Allah, maka apabila cintamu higienis pasti hal itu semakin mendekatkan kau kepada-Nya dan mengosongkan yang lain. Jika dikehendaki, perbuatan tersebut sanggup memperharum namamu di hadapan makhluk, bahkan semakin menambah pembagianmu.
8.) Wahai hamba Allah, janganlah kau menghina hebat aturan dan ulama, lantaran ucapan mereka menjadi pengobat dan rancangan kalimatnya sebagai buah. Terimalah ulama yang bertakwa, semoga kau memperoleh berkah. Kamu jangan menemani ulama yang tidak bersedekah dengan ilmunya, lantaran apabila kau bergaul dengan mereka tentu peristiwa akan menimpa kamu, mereka malah mencelakakan kamu.
9.) Celaka kamu, hingga kapan kau mempersibuk dirimu dan sibuk mengurusi keluargamu hingga lupa mengabdi kepada Allah Azza wa Jalla. Seorang ulama berkata: “Apabila kau mengajar anakmu, sertakanlah niat dan semoga disibukkan beliau bersama Allah. Ketahuilah, bahwa niat itu sanggup menciptakan baiknya sesuatu dan berharga tinggi. Ajarilah anakmu dengan ilmu tauhid dan akhiri dengan ilmu yang menjurus ibadah kepada Allah Azza wa Jalla”.
Wallahu A’lam
Sumber: Buku “Wejangan Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani”
0 komentar:
Post a Comment