Showing posts with label Nahdlatul Ulama. Show all posts
Showing posts with label Nahdlatul Ulama. Show all posts
ah dari kalangan ulama pesantren salaf membuat sejarah gemilang di Indonesia dengan memben Refleksi Lahirnya Nahdlatul Ulama di Bumi Indonesia

Hari ini Kamis, tepatnya tanggal 16 Rajab, dan dihari yang sama pada 94 tahun silam, tepatnya 16 Rajab 1344 Hijriyah, para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah dari kalangan ulama pesantren salaf membuat sejarah gemilang di Indonesia dengan membentuk sebuah organisasi (jam'iyyah) Islam terbesar yang berjulukan Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama).

Sejarah Nahdlatul Ulama
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, menyerupai Nahdlatul Wathon (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Tashwirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Tashwirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi forum pendidikan yang berkembang sangat pesat dan mempunyai cabang di beberapa kota.

Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akhir penjajahan maupun akhir kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum arif untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya,  muncullah aneka macam organisai pendidikan dan pembebasan.

Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yaitu mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi alasannya dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut menerima sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.

Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akhirnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Makkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk membuat kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya sampai ketika ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah tugas internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.

Berangkat dari komite dan aneka macam organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka sehabis itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih meliputi dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka sehabis berkordinasi dengan aneka macam kiai, akhirnya muncul akad untuk membentuk organisasi yang berjulukan Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqod Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan referensi warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Selamat Harlah NU , semoga makin jaya.
___
Sumber:
WA Grup Kajian Ust. Ma'ruf Khozin
 Warga Nahdlatul Ulama di Bandung Barat akan mengadakan kegiatan silaturahmi pada hari Sab Tanya Jawab Kegiatan Sarasehan Nahdliyyin Bandung Barat

Warga Nahdlatul Ulama di Bandung Barat akan mengadakan kegiatan silaturahmi pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2017.  Bagi umat islam di Bandung Barat yang mencari isu seputar kegiatan sarasehan tersebut, berikut kami sampaikan hasil wawancara singkat kami dengan panitia Sarasehan Nahdliyyin Bandung Barat:

Apakah Benar Akan Dilangsukan Kegiatan Sarasehan Nahdliyyin Bandung Barat?
Ya, benar. Kegiatan tersebut akan dilangsungkan pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2017 mulai pukul 08.00 WIB. Lokasinya bertempat di Pondok Pesantren al-Ghuroba Sindangkerta.

Apa Tujuan Dilaksanakannya Sarasehan Nahdliyyin Bandung Barat tersebut?
Ada dua aktivitas utama. Pertama, guna mempererat silaturahmi dan meneguhkan ukhuwwah islamiyyah-nahdliyyah di kalangan warga nahdliyyin serta kalangan pesantren-pesantren yang ada di Bandung Barat. Dan yang kedua yaitu untuk memperkuat fondasi nilai, semangat, gagasan, dan impian warga Nahdlatul Ulama di Bandung Barat.

Bagaimana Gambaran Kegiatannya?
Kegiatan ini akan dihadiri oleh aneka macam unsur warga Nahdliyyin. Baik unsur organisasi, forum maupun masyarakat.

Nantinya akan diadakan kegiatan bincang-bincang diantara para warga nahdliyyin. Panitia juga akan menghadirkan beberapa pembicara untuk lebih memfokuskan topik bahasan yang pastinya akan bermanfaat dan menarik untuk disimak.

Di media sosial, ada yang mewaspadai independensi kegiatan ini. Ada yang menduga kegiatan ini tidak lepas dari kepentingan lain. Misalnya politik. Bagaimana balasan panitia?
Kegiatan ini murni untuk kemaslahatan Nahdlatul Ulama dan umat. Kami berangkat dari keresahan. Dari panggilan hati untuk berkontribusi menebar kebaikan dalam menyikapi fenomena-fenomena yang akhir-akhir ini banyak terjadi. Khususnya terkait keislaman, kebangsaan dan kerukunan. Juga untuk bekal gerakan Nahdliyyin di Bandung Barat. Sebab kita punya kultur, tradisi dan jati diri yang perlu dijaga. Kita tidak ingin ada warga nahdliyyin yang melenceng dari fikrah, harokah dan amaliah Nahdlatul Ulama itu sendiri. Kita tidak ingin ada warga Nahdliyyin yang tergelincir akhir propaganda dan penggiringan opini yang banyak dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Maka, mengurus "rumah besar" para ulama ini yaitu tanggung jawab bersama.

Adapun kecurigaan terkait adanya kepentingan lain semisal politik yaitu sesuatu yang kami maklumi. Terlebih Bandung Barat ketika ini sedang memasuki masa-masa politik. Tapi kami mohon kepercayaan dari seluruh warga Nahdliyyin. Acara ini didasari, digagas dan dibiayai oleh swadaya warga nahdliyyin semata. Tidak ada kepentingan lain diluar kemaslahatan nahdlatul Ulama.

Apa yang ingin disampaikan untuk program Sarasehan Nahdliyyin Bandung Barat nanti?
Sudah saatnya nahdliyyin Bandung Barat ngobrol dan duduk bersama. Sambil ngopi pula. Bagi para Nahdliyyin yang tidak berhalangan, kami mengharapkan kehadirannya.**(rm)

Banyak orang yang mengaku warga NU menerka bahwa menjadi NU itu sudah cukup dengan qunut, tahlil, maulidan, ziarah kubur dan lain sejenisnya. Pedahal, hal tersebut hanya sebagian kecil dari prinsip ke-NU-an.

Sejatinya seseorang yang mengaku warga NU harus mempunyai 4 prinsip utama. Yakni prinsip-prinsip yang sudah diwariskan oleh para ulama pendiri NU.

APA SAJA 4 PRINSIP WARGA NU ITU?

1. Prinsip Amaliyah
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi islam yang mengusung ideologi ahlussunnah wal jama'ah. Yakni ideologi yang menjaga kemurnian islam dengan berpegang pada sunnah nabi dan para sahabat. Dengan terdisiplin melalui sanad ilmu yang jelas, dengan ciri-ciri:

Bermadzhab pada salah satu madzhab fiqih yang empat; Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali.

Berakidah sesuai dengan kepercayaan islam yang diajarkan Rasulullah. Disiplinannya telah disusunkan oleh Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.

Bertasawuf sebagaimana yang telah dirumuskan Imam Al-Ghazali dan Imam Junaidi al-Baghdadi.

Sehingga dapat dikatakan, bukan orang NU apabila amaliyahnya bukan amaliyah Ahlussunnah wal Jam'ah. Apalagi bila hingga menyerang amaliyah ahlussunnah wal jamaah, itu terang bukan NU.

2. Fikroh (pemikiran)
Dalam cara pandang dan berfikir, warga Nahdlatul Ulama senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep tasammuh (toleran), tawasuth (pertengahan), tawajun (seimbang) dan mu'adalah (berkeadilan).

Warga NU senantiasa teduh dan tidak condong pada aliran liberal, tidak pula pada radikal.  Bersama prinsip tersebut, orang NU sejatinya tidak akan gampang kagetan. Dan tidak akan terjebak pada aliran yang sempit dan kaku.

Dengan demikian, dapat dikatakan bukan prinsip NU apabila ada orang yang berfikir liberal, apalagi radikal. Orang yang melaksanakan agresi terorisme, meyimpan bom, dan menyembelih orang sebagaimana ISIS, maka itu bukan cara berfikir orang NU.

3. Harokah (gerakan)
Menjadi warga NU tentu harus bergerak dan sesuai dengan cara NU.

Gerakan NU dapat dimulai dengan turut serta menjadi potongan kader NU, atau menjadi simpatisan yang senantiasa mendukung banyak sekali kegiatan-kegiatan yang baik di NU.

Maka tidak dibenarkan bila seseorang mengaku NU namun malah masuk dalam gerakan atau organisasi yang justru bertentangan dengan gerakan NU. Apalagi hingga masuk dalam gerakan yang ingin menghancurkan NU, maka hal demikian tertolak sebagai warga NU.

Sebagaiaman ada orang mengaku NU namun masuk dalam gerakan/organisasi yang bekerjasama dengan wahabi, HTI, dan lain semisilnya. Maka hal tersebut tidak dibenarkan. Sebab wahabi masuk dalam kategori gerakan yang berupaya memusnahkan amaliyah ahlussunnah wal jama'ah.

Sehingga, kalau mengaku warga NU, tentu harus bergerak bersama NU. Bukan dalam gerakan lain yang membunuh NU.

4. Ghirah (semangat)
Warga NU harus mempunyai semangat keislaman yang tinggi.

Kita yakini bahwa NU yaitu rumah besar kita. Rumahnya para ulama, kiyai, santri, dan bahkan seluruh masyarakat muslim Indonesia yang sebagian besarnya yaitu masyarakat NU.

Kita yakini bahwa kita lahir sebagai orang NU, tumbuh besar sebagai orang NU, dan akan mati sebagai orang NU. Jangan ada keraguan dalam hati kita untuk merawat NU dan menetapkannya.

Kuatkan semangat kita..
Ujian dan cobaan yang kita hadapi ketika ini sangatlah berat..
Berbagai fitnah dari luar maupun dari dalam sungguh kentara..
Jangan sekali kita lari, bahkan mengabaikan usaha ini..
Ini jihad kita..

Ini rumah kita..
Segala yang baik harus kita pertahankan..
Segala yang mesti dibenahi, harus kita benahi..
Karena ini rumah kita..
Nahdlatul Ulama..

Oleh: Rifkiyal Robani

Ya jabbaar.. Ya Qohhaar..
Hasbunalloh wa ni'mal wakiil.. Ni'mal maulaa wa ni'mannashiir.. Lahaula wa laa quwwata illa billahil aliyyil adziim..
Meniru Semangat Nahdlatul Ulama dari KHR Asnawi Meniru Semangat Nahdlatul Ulama dari KHR Asnawi

Salah satu pendiri jam'iyyah Nahdlatul Ulama (NU) yang dikenal sangat bersahabat dengan KH Hasyim Asy'ari yaitu KHR Asnawi Kudus (1861-1959). Kyai keturunan KH Mutamakkin dan Sunan Kudus ini sangat loyal dalam beraktivitas di NU.

Kyai Asnawi selama hidup tidak pernah meninggalkan prinsip-prinsip baku ahlussunnah wal jama'ah. Terbukti dalam hal berjama'ah ditunjukkan dengan kegiatan keagamaan yang sangat lekat dengan tradisi ulama khas Timur Tengah dan Jawa.

Bekal kombinasi ilmu Arab-Jawa yang didapatinya selama mencari ilmu diterapkan supaya gampang dijalani oleh orang awam. Maka karya-karya yang ia lahirkan yaitu berbahasa Jawa dengan goresan pena pegon. Sedangkan karya berupa syi'ir dikarang dengan dua model: bahasa Jawa dan bahasa Arab.

Sedangkan dalam hal jam'iyyah, Kyai Asnawi tercatat dalam banyak sekali organisasi pra kemerdekaan semisal Sarekat Islam, Jam'iyyatun Nasihin dan Nahdlatul Ulama. Prakarsa mendirikan Nahdlatul Ulama selalu aktif dijalani sampai resmi berdiri tahun 1926.

Selama NU berdiri dan melakukan Muktamar, ia tidak pernah udzur mengikutinya sampai tamat hayat. Inilah yang patut dicatat oleh generasi muda ketika ini. Kyai Asnawi wafat beberapa hari sehabis pulang dari Muktamar NU ke-12 di Jakarta.

Ada empat rujukan semangat berNU yang sanggup diambil dari cerita KHR Asnawi.

Pertama, tidak pernah berhenti dakwah ahlussunnah wal jama'ah walau dalam tekanan penjajah. Semangat beraswaja diteguhkan dengan mendirikan Madrasah Qudsiyyah pada 1919 dan mendirikan Pondok Pesantren Raudlatul Muta'allimin Bendan Kudus tahun 1927. Termasuk Kyai Asnawi memprakarsai majelis pengajian aswaja di banyak sekali kawasan Kudus, Pati, Demak sampai Pekalongan.

Kedua, mengorganasisikan aswaja dalam wadah Nahdlatul Ulama. Bahwa jama'ah yang sudah ada tidak dianggap tepat tanpa organisasi. Maka berdirinya NU bagi KHR Asnawi yaitu mutlak adanya dan harus berjuang memberantas paham wahabi yang merusak aqidah Islam.

Perihal usaha melawan gerakan wahabi, Kyai Asnawi berada di barisan depan. Ini terbukti prasasti berdirinya NU tertulis di Masjid Aqsha Menara Kudus--atas prakarsa Kyai Asnawi dan KHR Kamal Chambali. Gerakan wahabi di Kota Kudus ia berantas dengan cara hening dan perdebatan hujjah agama versi aswaja.

Ketiga, penyempurnaan jama'ah dan jam'iyyah dibingkai dalam cinta tanah air. Kyai Asnawi sangat peduli terhadap cinta tanah air dan kedamaian bumi Indonesia. Syair yang dikarangnya banyak mengarah pada bukti faktual kemerdekaan Indonesia yaitu dengan rasa aman.

Dalam syair shalawat Asnawiyyah yang dikarang sebelum kemerdekaan tertulis: Indonesia Raya Aman. Ini menjadi bukti faktual bahwa rasa kondusif bernegara itu sangat penting untuk dijaga.

Salah satu bukti keamanan Indonesia bagi Kyai Asnawi perlu diperkuat rasa beislam dan bersejarah. Apa artinya? Islamnya harus benar patuh pada aswaja dan mengerti sejarah bangsa. Bahkan Kyai Asnawi memuji prinsip demokrasi yang diusung oleh bangsa Indonesia.

Keempat, rasa saling sayang dan menghormati perlu ditanamkan dalam berNU. Boleh kita bayangkan ketika awal pendirian NU, sarana transportasi dan komunikasi masih sangat manual. Tapi semangat para ulama terbangun baik alasannya yaitu saling sayang dan hormat.

Inilah hal-hal pokok yang sanggup diambil dari pengalaman KHR Asnawi dalam berNU. Usia NU yang memasuki 92 tahun patut disambut dengan rasa sayang dan hormat.

NU akan tetap jaya dan besar kalau kita mau menggandakan cara-cara ulama dalam meneguhkan jama'ah dan jam'iyyah.*)

Oleh:
M. Rikza Chamami
PW GP Ansor Jawa Tengah
Ustadz Abdul Somad merupakan pendakwah kondang yang sedang digandrungi masyarakat. Video-video cermahnya viral di aneka macam media, khususnya melalui tayangan yang sering muncul di media sosial.

Ceramah-ceramah yang disertai humor menciptakan Ustadz yang sekarang banyak disapa dengan sebutan UAS banyak diminati masyarakat. Gaya bicaranya yang khas menciptakan UAS menjadi sangat gampang dikenal.

Dalam sebuah belahan video, UAS pernah bercerita perihal salah satu momentum dakwahnya. Dimana, suatu dikala ia dibentuk heran alasannya ialah menerima pengawalan berlapis. Pengawalan tersebut dilakukan oleh Polisi, Tentara dan Banser.

Apalagi Banser yang diturunkan ialah Banser Wilayah, atau Banser tingkat Provinsi di Sulawesi Selatan. Menurutnya, jarang-jarang ia dikawal pribadi oleh Banser setingkat Wilayah.
"Belum pernah saya dikawal pribadi oleh Banser Wilayah. Langsung. Saya heran, ini apakah Wajo ini tidak aman? Apa ada orang asing mau bunuh saya? Ternyata Wajo aman-aman saja. Negeri santri, negeri orang baik. Lalu kenapa hingga tiga lapis pengamanan?" kata Ustadz Abdul Somad bertanya.

Ustadz Abdul Somad kemudian memperlihatkan jawabannya.
"Serangan Emak-Emak garis keras,"
 paparnya yang kemudian disambut gelak tawa dari para jamaah yang menyaksikan.
"Luar biasa, mereka begitu 'Ustaaaaaaadddz..' Saya pun.. Masyaallah.. Inilah, gres saya faham mengapa pengamanan hingga tiga lapis,"
paparnya memperlihatkan klarifikasi pada Jamaah.

Berikut ini videonya:


Sebagaimana diketahui, Ustadz Abdul Somad merupakan pendakwah yang mempunyai faham Ahlussunnah wal Jama'ah. Beberapa acara ceramahnya sering dikawal oleh Banser Nahdlatul Ulama.**
(AR)
 ramai diperbincangkan sosok Rifdah Farnidah Rifdah Farnidah, Pelajar Putri NU Yang Juara 2 Hafalan Al-Quran Internasional
Sosok Rifdah Farnidah (tengah). Foto: @nuonline_id

Di media sosial, ramai diperbincangkan sosok Rifdah Farnidah. Gadis asal sumedang yang berhasil menjadi juara ke 2 Musabaqoh Hifdzil Alquran (MHQ) tingkat internasional yang di selenggarakan di Yordania selama 6 hari. Dimana kejuaraan tersebut diikuti oleh 30 negara.

Umat muslim di Indonesia tentu turut bangga. Sebab, Rifdah Faridah menandakan bahwa pelajar muslim Indonesia bisa bersaing di dunia Internasional. Khususnya dalam bidang keislaman menyerupai lomba menghafal Al-Qur'an.

Rifdah Farnidah merupakan sosok milenial yang patut dicontoh. Ia bisa fokus untuk menghafal dan mendalami al-Quran kala kebanyakan anak muda zaman kini sibuk dengan hiburan dan permainan.

Rifdah Farnidah sendiri merupakan hafidzoh asal Sumedang. Sebagai mana dilansir dari IG @nuonline_id, Rifdah Farnidah merupakan kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama yang juga santriah Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Sumedang, murid KH. Sa'dullah SQ yang merupakan ketua PCNU Sumedang.

Mutmainnah yang merupakan salah seorang pembimbing Rifdah menyampaikan bahwa Rifdah ialah hafidzoh yang mutqin. Hafidzoh mutqin itu berarti hafidzoh yang benar-benar hafal Al-Quran 30 juz. Bisa disimak dengan lancar tanpa melihat mushaf Al-Quran.

Mutmainnah yang juga tercatat sebagai dosen di Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta juga mengungkapkan bahwa keberhasilan yang diperoleh Rifdah ialah langkah awal umenuju ke tingkat selanjutnya.

"Jangan puas hingga di sini saja, pelajari terus Al-Quran sebab samudra Al-Quran sangat luas. Hafalan Al-Quran yang mutqin menjadi pintu gerbang untuk mengarungi samudera Al-Quran," harapnya.

Semoga, akan banyak sosok Rifdah yang lain yang menghiasi negeri Indonesia ini.**
(AR)
 yang juga Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang bersama M Mansyur diutus oleh KH Sal Amalan: Doa KH. Hasyim Asy'ari Untuk Nahdlatul Ulama

Pada 2009, seorang Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang bersama M Mansyur diutus oleh KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) untuk menemui KH Abdul Muchith Muzadi di kota Jember, Jawa Timur. Saat itu, Gus Sholah meminta kepada mereka untuk menggali kisah-kisah Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari melalui Kiai Muchith yang merupakan santri langsung Hadratusy Syaikh.

Hasil dari wawancara langsung dua hari itu alhamdulillah menjadi sebuah buku yang diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng. Di sela-sela mewawancarai Kiai Muchith, mereka berdiskusi panjang dengan Kiai Nur, kiai yang merupakan Alumnus Pondok Pesantren Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Dengan ketulusan hati, dia mempersilakan mereka untuk menginap di rumahnya selama berada di Jember.

Dan, sebuah kebetulan yang sangat luar biasa, di rumah dia itu mereka menemukan sebuah dokumen yang sangat penting. Isinya yakni sebuah doa Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari yang dikhususkan untuk NU. Berikut yakni do’a tersebut:

DO’A HADRATUSY SYAIKH KH MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI UNTUK NAHDLATUL ULAMA

اَللّٰهُمَّ أَيْقِظْ قُلُوْبَ الْعُلَمَاءِ وَالْمُسْلِمِيْنَ مِنْ نَوْمِ غَفْلَتِهِمِ الْعَمِيْقِ وَاهْدِهِمْ إِلَى سَبِيْلِ الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ أَحْيِ جَمْعِيَّتَنَا جَمْعِيَّةَ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءِ حَيَاةً طَيِّبَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ بِبَرَكَةِ “فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً (النحل: ٩٧)”، “فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِيْ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ (ابراهيم: ٣٧)” وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَسُوْءٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
(٣x بعد المفروضة)

أجازنا الشيخ خطيب عمر، عن والده الشيخ عمر، عن الشيخ أسعد شمس العارفين، عن حضرة الشيخ محمد هاشم أشعري رحمهم الله

Bismillahirrohmanirrohim.
Allohumma aiqidh qulubal ‘ulamai wal muslimina min naumi ghoflatihimil ‘amiq wahdihim ila sabilirrasyad. Allohumma yaa Hayyu yaa Qoyyum, ahyi jam’iyyatana Jam’iyyata Nahdlotil Ulamai hayatan thoyyibatan ila yaumil qiyamah bibarakati “Falanuhyiyannahu hayatan thayyibah”, “Faj’al af-idatan minannasi tahwi ilaihim warzuqhum minatssamarati la’allahum yasykurun”, Warzuqhum quwwatan ghalibatan ‘ala kulli bathilin wa zhalimin wa fahisyin wa su’in la’allahum yattaqun.

Artinya:
“Ya Allah, bangunkanlah hati para ulama dan umat Islam dari kelalaian yang dalam dan berkepanjangan dan tuntunlah mereka ke jalan petunjukMu. Ya Allah, yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, hidupkanlah Jam’iyah kami Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) dengan kehidupan thoyyibah (kehidupan yang baik sesuai kehendakMu) sampai hari Kiamat dengan berkah ayat:

فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً (النحل: ٩٧)، فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِيْ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ (ابراهيم: ٣٧)

(Maka bekerjsama akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (Qur’an Surat An-Nahl:97). Maka jadikanlah hati sebagian insan cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (Qur’an Surat Ibrahim: 37). Dan karuniakanlah mereka rejeki (berupa) kekuatan yang mengalahkan kebathilan, kedzaliman, ketidaksenonohan dan keburukan semoga mereka bertaqwa“.

(M. Fakhrur Rozi dan Abdul Wakid, Gresik, Jawa Timur)

Tulisan berjudul Inilah Doa Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari Untuk Nahdlatul Ulama (NU) terakhir diperbaharui pada Friday 28 August 2015 oleh di Ngaji Yuk! - Kajian Ceramah Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

Sumber: elhooda.net