Allahuakbar! Warga Nu Harus Kuasai Media

NU Harus Kuasai Media
(Vinanda Febriani)

 warga NU masih santai menikmati kopi pahitnya sambil sesekali berdendang riang Allahuakbar! Warga NU Harus Kuasai Media

Hari demi hari media meradang, informasinya menendang. Namun di dunia nyata, warga NU masih santai menikmati kopi pahitnya sambil sesekali berdendang riang. Bak tiada terjadi apa-apa, warga NU kelihatannya santai dan adem-ayem saja.

Kali ini serius! Seperti yang telah Abah Kyai Said Aqil sampaikan, kaum sebelah sudah kuasai media, NU tak boleh membisu saja!

Banyak kader NU yang terdoktrin paham sebelah, akibatnya bersama-sama mereka NU namun enggan mengakui ke-NU-annya. Karena pikiran mereka dikuasai oleh pedoman sebelah yang mencap NU sebagai ormas sesat, syi'ah, liberal dan lain sebagainya. Anak muda malang itu, mereka mencar ilmu agama lewat sosial media, di Youtube utamanya. Ini sangat besar lengan berkuasa pada contoh pikir generasi NU, apalagi jika sudah kecanduan menyimak kajian dari ustad kekanan-kanan-an. Woh, ancaman sekali. Jangan main-main, ini persoalan serius!

Zaman teknologi serba canggih menjadi tantangan gres untuk NU. Pasalnya, warga NU yang lucu dan lugu ini dihadapkan dengan kecanggihan sedemikian rupa yang mau tidak mau mereka kudu menguasainya sebagai ladang syiar agama dan organisasi.

Akan tetapi, ada warga NU yang masih tergolong awam. Beberapa dari mereka sering 'tersesat' dengan mengunjungi bahkan mengakibatkan acuan utama situs yang terang tidak berhubungan ke NU. Ini kefatalan yang cukup serius. Karena banyak situs yang memuat kebencian terhadap NU beserta tokoh-tokoh di dalamnya. Jika tidak benar hati-hati, sanggup saja kita terlena untuk ikut serta membenci dan memusuhi.

Sekarang yang sedang 'njamani' ialah media sosial. Hampir semua orang punya media sosial. Entah facebook, instagram, youtube, path, twitter dan lain sebagainya. Media sosial ketika ini banyak dipakai untuk cyber war (perang cyber). Seperti yang kita ketahui, NU dihujat habis-habisan oleh kelompok kekanan-kananan. Sebenarnya sudah semenjak awal bangun NU diperlakukan sedemikian rupa, jadi sudah tidak kaget. Namun kita juga tak boleh kalah. NU harus kuasai media, sekali lagi saya ulang, NU harus kuasai media!

Kenapa harus kuasai media?
Media ketika ini menyerupai facebook, youtube dan twitter, banyak dipakai untuk penyebaran ideologi menyesatkan dan sarana saling beradu. Dan ini sangat besar lengan berkuasa kepada generasi muda. Tugas NU tidak ringan, menuntun generasi bangsa agar tak gampang tersipu dengan gerakan radikal, ekstrim dan terorisme yang mana usul mereka 'semanis madu namun sebahaya racun'.

Maraknya ujaran kebencian, fitnah dan hoax di media umum memancing keresahan banyak sekali pihak. Ini memaksa NU untuk turun tangan, 'menghijaukan' media umum dengan postingan yang adem ayem. Karena sejatinya, begitulah ciri khas NU, "Membawa kedamaian di setiap jengkal langkahnya". Meskipun di media sosial, NU tetap kudu menampilkan jati dirinya yang 'ngademake liyan'. Bagaimana caranya: tak bosan saya ulang, NU harus kuasai media! Apapun itu.

Lonceng sudah berbunyi, sang-Kyai sudah meridhoi. Saatnya warga NU bergerak serentak "menghijaukan" media umum dengan postingan yang positif, kreatif, inovatif, produktif, dan yang paling penting, mengedukasi serta 'ngademake liyan'. Satu komando, jangan bangun sendiri-sendiri. NU kudu militan! Nderek dawuh Kyai.

Ketika ada sebuah komentar menghujat atau tidak mengenakan hati, lewati saja. Cukup sekali dua kali dibalas, selepas itu, cuekin saja. Debat kusir di media umum itu perbuatan yang unfaedah, tidak ada guna dan hasilnya. Mending perbanyak posting konten ke-NU-an yang lebih berguna. Soal ada yang suka dan tidak suka, itu sudah aturan alam. Tak usah gubris ocehan mereka, tetap luruskan niat untuk syiar NU dan syiar agama. InsyaAllah kita tetap mendapat Ridha-Nya.

"Gunakan internet dan media umum dengan sepositif mungkin. Agar tetap sanggup barokah syi'ar online, offline pun tetap jalan".

Jadilah NU militan di kurun milenial!
(Vinanda Febriani)
Borobudur. 08 Desember 2018.

0 komentar:

Post a Comment