Nasihat Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Ihwal Harta Dunia

1.) Pengaruh negatif dari harta :

a. Harta sanggup membawa kepada aneka macam macam dosa, dikarenakan sebagai sarana nafsu yang bermacam-macam. Seorang yang tidak mempunyai biaya untuk melaksanakan suatu dosa, hatinya tidak bergerak untuk melakukannya. Timbulnya hasrat untuk berbuat dosa yakni bila diri kita merasa sanggup, dan harta merupakan sumber kesanggupan yang menggerakkan orang kepada aneka macam perbuatan maksiat dan perbuatan dosa. Jika menuruti cita-cita diri pasti akan binasa, dan jikalau ditahan akan terasa pahit. Itulah sebabnya bersabar ketika sanggup yakni lebih berat, ujian senang lebih berat daripada ujian susah.

b. Harta itu menarik kepada bermewah-mewah di bidang yang mubah. Mana sanggup orang yang berharta hanya makan makanan yang sangat sederhana, berpakaian seadanya, menyerupai yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul. Kalau sudah terbiasa menikmati keduniaan dan membiasakan diri dengan kemewahan, kemudian kemewahan menjadi kebiasaan dan hobbi yang tak sanggup ditinggalkan lagi, mungkin suatu dikala tidak akan sanggup membiayainya dari perjuangan yang halal. Maka terjerumuslah kita ke bidang syubhat dan terbenam dalam riya, berdusta, munafik dan timbul semua sifat dan watak tercela, biar urusan dunianya sanggup terurus dan sanggup terus hidup mewah.

Orang yang banyak harta akan banyak pula kebutuhannya atau ketergantungannya kepada orang lain, dan barangsiapa yang memerlukan orang lain sanggup dengan terpaksa harus ambil muka kepada mereka. Dari ketergantungan atau keperluan terhadap orang lain, timbullah persahabatan dan permusuhan yang sanggup menjadi sumber iri, dengki, riya, sombong, berdusta, hasud, fitnah, bergunjing dan semua dosa hati dan dosa lidah, yang selanjutnya sanggup menular ke seluruh aspek. Semuanya itu timbul dikarenakan harta dan didesak kepentingan dalam menjaga dan mengurusnya.

c. Tidak sanggup dipungkiri bahwa mengurus harta itu menimbulkan orang lalai dari mengingat Allah, dan setiap hal yang mengganggu dari mengingat Allah yakni suatu kerugian.

Nabi Isa as. mengambarkan bahwa dalam berharta terdapat 3 macam ancaman :

1. Diambil dari sumber yang tidak halal.

2. Jika diambil dari sumber yang halal, dibelanjakan tidak pada tempatnya.

3. Jika dibelanjakan pada tempatnya, kita akan terganggu dari mengingat Allah lantaran mengurusnya.

2.) Bebaskanlah dirimu dari kepentingan dunia lantaran dalam waktu akrab ini kau akan tercabut daripadanya, dan dunia yang kau cari dengan susah payah itu akan kau tinggalkan dengan begitu saja, dan yang kau tumpuk-tumpuk itu akan dijadikan rebutan oleh jago warismu, yang selanjutnya akan mencelakakan keluarga kau sendiri. Maka, janganlah kau mencari kehidupan di muka bumi ini untuk bersenang-senang dengannya. Kehidupan dunia yakni kehidupan yang semu, kehidupan yang penuh tipuan dan permainan.

Sampai kapanpun kalau insan itu hanya mementingkan kehidupan dunia, maka ia akan tertipu dan akan dipermainkan oleh kehidupan dunia itu sendiri, ia akan dijadikan budak dunia, disuruh ini dan itu, disuruh pergi kesana kemari, hanya untuk mengurus urusan dunia dan kesenangannya yang tak pernah kunjung datang.

Mengejar kehidupan dunia yakni mengejar bayangan fatamorgana, yang disangkanya penuh air kesejukan, padahal semua hanya bayangan, semakin dikejar semakin jauh dan sehabis didekati hanya panas terik matahari, kemudian fatamorgana itu pindah ke daerah yang lebih jauh lagi, dimana hingga matipun belum ketemu apa yang bergotong-royong dicarinya, lantaran yang dicari yakni kehidupan semu.

3.) Wahai hamba Allah, kau pasti mencicipi kemanisan, kepahitan, kebaikan, kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Apabila kau ingin higienis secara tepat maka lepaskanlah hatimu dari makhluk, jalinlah kekerabatan dengan Allah Azza wa Jalla, lepaskan dunia, tinggalkan keluargamu, dan serahkan mereka kepada Allah lantaran semua itu hanya ada di tangan Allah, maka kau pasrahkan saja sepenuhnya kepada Allah, kau asuh mereka untuk mengabdi kepada Allah. Wahai hamba Allah, janganlah kau menjadi insan jahil yang khawatir anaknya kelaparan, yang hatinya goncang lantaran memikirkan nasib perekonomian anak-anaknya nanti, tetapi tidak memikirkan apa yang hendak disembah anak-anaknya itu, menyembah dunia atau menyembah Allah Azza wa Jalla.


4.) Kebanyakan insan itu cenderung mendahulukan istri dan anak-anaknya daripada mendahulukan ridlo Allah. Sesungguhnya saya melihat setiap gerak menuju kepada keduniaan, setiap tujuanmu, istrimu, anak-anakmu, dan apapun itu hanyalah barang yang semu. Kamu lebih mementingkan urusanmu, urusan anak istrimu, kau tumpuk harta benda untuk perbekalan anak istrimu, kau berbuat dusta dan munafik lantaran mementingkan urusan dunia, biar sanggup menumpuknya, tetapi kau tidak memikirkan bagaimana nasibmu, nasib anak istrimu sehingga kau dan keluargamu tidak punya akidah yang kuat, sehingga hatimu dan hati keluargamu goncang, tidak tahu siapa Tuhannya.

5.) Wahai hamba Allah, tinggalkanlah olehmu sesuatu yang dibagikan, dan sesuatu yang tidak dibagikan, lantaran pencarianmu terhadap sesuatu yang belum Allah bagi atau beri yakni sangat dibenci dan tercela, sedang pencarianmu terhadap sesuatu yang telah Allah bagi yakni cela dan aib.

6.) Wahai hamba Allah, berfikirlah kau bahwa rezeki itu berdasarkan ketentuan pembagiannya. Jika sudah terbagi maka rezeki itu tidak akan bertambah maupun berkurang, tidak sanggup dipercepat maupun diperlambat. Janganlah kau merasa ragu atas jaminan Allah. Janganlah kau serakah dan rakus mencari sesuatu yang tidak dibagikan kepadamu.

7.) Wahai hamba Allah, renungkanlah dalam-dalam siapakah yang memberi makan dirimu tatkala kau masih dalam perut ibumu?. Setelah lahir, anehnya kau bergantung pada diri sendiri dan orang lain, pada uangmu, pada perdaganganmu, pada teman-temanmu, dan pemimpinmu. Ingatlah, bahwa setiap orang yang bergantung kepada mereka, maka orang itu menuhankan mereka. Setiap orang yang kau takuti atau kau harap, berarti kau pertuhankan. Setiap orang yang kau pandang punya kekerabatan dengan datangnya ancaman dan manfaat, maka berarti kau pertuhankan.

8.) Wahai hamba Allah, ketahuilah olehmu bahwa dunia itu sudah terbagi semenjak dahulu. Oleh lantaran itu tinggalkan pencarian dunia yang menimbulkan kesusahan. Kamu bekerja itu yakni ibadah, kau dihentikan malas hidup di dunia akan tetapi semangat kerjamu itu bukanlah untuk mencari dunia. Maksudnya yakni kau harus merasa cukup dengan apa yang kau peroleh, kau harus bekerja dimana di dalam bekerja janganlah mencari sesuatu yang kau anggap kurang lantaran sesuatu yang kau anggap kurang itu memang bukan bagianmu, bukan milikmu. Inilah yang dinamakan sifat qona’ah, yaitu hati merasa cukup terhadap sesuatu yang diperoleh dan terus bekerja lantaran insan harus bekerja dan beribadah kepada-Nya.

9.) Harta dalam kehidupan insan mempunyai kiprah yang sangat penting. Dengan harta insan sanggup selamat dan berbahagia di dunia dan alam abadi jikalau harta bendanya dipergunakan untuk berbuat kebaikan. Banyak insan jadi hancur lantaran harta, disebabkan harta bendanya dijadikan sarana untuk melaksanakan perbuatan dosa. Maka, berhati-hatilah terhadap ancaman yang tersimpan dalam harta. Harta itu bagaikan ular atau kalajengking, siapa yang tidak pintar mengurusnya akan tergigit atau tersengat, gigitannya ataupun sengatannya mengandung racun yang mematikan. Akan tetapi, racun tersebut bagi orang yang arif sanggup dijadikan obat yang bermanfaat bagi manusia.

Wahai hamba Allah, jikalau kau memandang harta, pandanglah dari sudut bahayanya, jangan kau pandang dari segi manfaatnya. Jika kau pandang dari sudut bahayanya, harta itu akan kau pergunakan untuk beribadah, tetapi jikalau kau pandang dari sudut manfaatnya, maka harta itu akan kau simpan untuk kepentingan keluargamu sehingga kau menjadi insan yang bakhil, menjadi insan terkutuk dan rakus terhadap harta.

10.) Wahai hamba Allah, sebentar lagi kau akan mati, maka ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang. Kamu menyimpan banyak dosa yang menjadikan terkena siksa yang menghinakan. Hatimu terlalu menderita lantaran cinta dan serakah dunia. Maka tinggalkanlah pencarian yang menganiaya dirimu, terimalah apapun yang menyukupi (keperluan) dirimu. Akal mustahil pernah besar hati dengan sesuatu yang diperoleh, halalnya dihisab, dan haramnya disiksa. Celakanya, kebanyakan insan telah lupa siksa dan hisab.

11.) Terhadap apapun yang dirimu berada di dalam dunia ini tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan sanggup membawa sengsara bagimu. Akan tetapi jikalau dunia ini kau letakkan di luar dirimu, kau letakkan untuk kebajikan, bukan untuk dirimu sendiri, maka hal tersebut akan membantu dirimu, menjadi pelayanmu, bukan kau yang menjadi pelayan dunia. Maka gunakanlah dunia ini sebagai alatmu untuk mencari dan mendekat kepada Allah, dan jangan hingga dirimu diperalat dunia sehingga kau dijauhkan dari Allah.

12.) Wahai orang yang mengadu kepada makhluk, peristiwa akan menimpamu. Mana mungkin pengaduanmu sanggup bermanfaat bagimu. Pengaduan kepada makhluk tidak akan bermanfaat atau membawa mudharat, lantaran makhluk itu tidak sanggup memberi manfaat ataupun memperlihatkan bahaya. Apabila kau berpegang teguh kepada mereka dan menyekutukan Allah, yakni menjauhkan dirimu dari-Nya sedang kemarahan-Nya tertuju kepadamu, dan Dia tertutup bagimu.

13.) Wahai orang yang berpaling dari Allah dan dari orang-orang siddiq dari hamba-Nya lantaran menghadap makhluk, hingga kapan kau menghadap mereka?. Di tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat, juga bukan pemberi atau pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh insan jikalau dikaitkan dengan nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, Pemberi nista hanya satu, Pemberi manfaat hanya satu, Penggerak dan Pendiam hanya satu, Pemberi dan Pencegah juga hanya satu. Dia Maha Pencipta dan Pemberi rezeki. Dia Qadim lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenek moyangmu atau orang-orang kaya diantara kamu. Dia Pencipta langit dan bumi dengan segala isinya. Dialah Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Luhur.

14.) Wahai hamba Allah, seluruh makhluk ini kedudukannya hanya sebagai alat untuk mendekat dan mengabdi kepada-Nya, tidak lebih dari itu. Allah yang mengaturnya, dan siapa yang memahami ini akan memperoleh manfaat dengan alat dan mengetahui Zat Pengatur disana. Berdiam bersama makhluk sangatlah tercela dan berdiam bersama Allah yakni terpuji dan sebagai kebaikan serta sebagai kenikmatan.

15.) Wahai hamba Allah, jikalau kau ingin senang keluarkan makhluk dari hatimu, janganlah kau takut atau mengharap mereka, jangan bergaul bersama mereka, janganlah hatimu kau lekatkan kepadanya, lantaran hati yang lekat dengan makhluk akan menemui kesusahan dan kegoncangan. Ingatlah bahwa kebahagiaan hati itu bila untuk mengingat Tuhan, untuk melihat-Nya.



16.) Wahai hamba Allah, dahulukan alam abadi atas dunia tentu kau akan meperoleh kebahagiaan dari keduanya. Apabila dunia lebih kau dahulukan dan lebih kau pentingkan daripada akhirat, pasti kau akan rugi besar, bahkan siksa selalu menantimu. Apabila kehidupan alam abadi lebih kau utamakan dan lebih kau pentingkan, maka semua urusanmu di dunia ini selalu jadi baik, kau akan hidup senang di dunia dan akhirat. Tetapi kalau kehidupan dunia lebih kau pentingkan, maka sudah pasti kau akan tersiksa tatkala hidup di dunia dimana kau tidak akan menemukan kesenangan hidup di dunia, akan selalu merasa kurang, selalu tidak puas terhadap apa yang kau peroleh, dan di alam abadi nanti kau akan memperoleh siksa yang sangat pedih yang disebabkan usahamu di dunia yang selalu menyia-nyiakan kehidupan akhirat.

Wahai hamba Allah, dengarkanlah seruanku ini. Mengapa kau sibuk berurusan dengan sesuatu yang tidak diperintahkan kepadamu untuk melakukannya. Apabila kau tidak berambisi dan tidak rakus terhadap kenikmatan dunia, tentu Allah melanggengkan pertolongan-Nya dan menganugerahkan taufik pada dikala pencabutan kembali dunia itu. Apabila kau ambil sesuatu dari dunia sama halnya kau sia-siakan barokah yang ada di sana.

17.) Dunia yakni sebuah gedung khusus untuk berinfak dan bersabar atas datangnya cobaan dan ujian. Dunia yakni gedung daerah berusaha, dan alam abadi yakni gedung khusus untuk beristirahat. Orang beriman ketika di dunia ulet melaksanakan tugasnya tentu ia akan leluasa beristirahat di akhirat. Tetapi bagi yang sangat suka beristirahat sekarang, mengulur-ulur tobat dari hari ke hari, bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun hingga habis masa tobatmu, maka dalam waktu akrab akan menyesal. Jika tidak sanggup dinasihati, tidak bangkit dan membenarkan, maka kau selamanya tidak akan mengenal kebenaran.

18.) “Dunia itu ladang akhirat, maka barangsiapa menanam kebaikan, tentu ia akan mendapatkan balasannya dengan rasa puas, dan barangsiapa menanam keburukan, maka akan menghasilkan kehancuran”. (Al-Hadits)

Bila tiba tamat hidup kepadamu, barulah kau sadar, akan tetapi kesadaranmu pada dikala itu tidak mempunyai kegunaan sama sekali. Ya Allah, bangunkanlah kami dari tidur yang melalaikan Engkau, jagalah kami dari ketumpulan yang melupakan Engkau. Amiin.

Wallahu A’lam


Sumber: Buku Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani

0 komentar:

Post a Comment