1.) Berilah pendidikan yang baik kepada orang yang kau kuasai urusannya dan pendidikannya, dan orang yang wajib kau perhatikan. Sabda Nabi: “Janganlah kau angkat tongkatmu kepada keluargamu, melainkan takut-takutilah mereka kepada Allah”.
2.) “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbicara yang baik atau diam.” (Al-Hadits)
Janganlah kau berbicara berlebih-lebihan lantaran bahayanya banyak bicara ialah kedustaan. Orang yang banyak bicaranya itu banyak pula dustanya.
3.) Wahai hamba Allah, hormatilah orang yang mencintaimu serta balaslah kecintaannya dengan mencintainya pula. Janganlah kau murka bukan lantaran Allah dan janganlah kau memerintahkan orang untuk melaksanakan kebaikan kecuali kau sendiri mulai melakukannya. Janganlah kau melarang orang dari melaksanakan keburukan sebelum kau sendiri mulai meninggalkannya.
4.) Wahai hamba Allah, sambunglah orang yang tetapkan korelasi denganmu, maafkanlah orang yang manganiaya dirimu, dan berilah orang yang tidak pernah memberi sesuatu kepadamu.
5.) Janganlah kau melanggar apa yang kau larang. Apabila kau berkata hendaklah yang ringkas, jangan ngawur.
6.) Janganlah kau melaksanakan perbuatan rahasia, yang tidak baik kalau kau lakukan secara terang-terangan. Jagalah dirimu dari segala sesuatu yang sanggup mengakibatkan dugaan yang tidak baik mengenai agamamu dan duniamu.
7.) Sedikitkan permintaanmu kepada orang lain, lantaran hal itu merupakan suatu kehinaan pada dirimu.
8.) Wahai hamba Allah, jauhkanlah dirimu dari orang yang kotor mulut, janganlah kau duduk dengan orang-orang yang lemah akhlaknya. Dari Ibnu Mas’ud: “Nilailah insan itu dengan teman-temannya, lantaran seseorang itu hanya berteman dengan orang yang ibarat dirinya”.
9.) Tolonglah orang yang teraniaya dan belalah beliau semampumu serta cegahlah tangan orang zalim biar tidak melaksanakan kezaliman. Sabda Nabi: “Barangsiapa berjalan dengan orang yang teraniaya sehingga ia sanggup tetapkan haknya, maka Allah akan mengukuhkan kakinya pada hari tergelincirnya kaki-kaki insan (hari kiamat)”.
10.) “Sesungguhnya yang saya takutkan kepadamu ada dua macam; mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan”. (Al-Hadits)
Ingatlah bahwa menuruti hawa nafsu itu akan menghalangi orang melaksanakan kebenaran, dan panjang angan-angan itu menjadikan orang lupa alam abadi dan lupa Allah Azza wa Jalla.
11.) Wahai hamba Allah, terimalah usul maaf orang yang meminta maaf kepadamu, dan tariklah apa yang kau benci. Sabda Nabi: “Barangsiapa meminta maaf kepada saudaranya sesama muslim, lantas beliau (yang dimintai maaf) tidak menerimanya, maka beliau berdosa sebagai orang yang berbuat jahat”. (Al-Hadits)
12.) Kasihanilah orang lain pasti Allah mengasihani kamu. Jika kau tidak mengasihi orang lain, maka Allah pun tidak akan mengasihimu.
13.) Hendaklah kau suka mentaati Allah pasti Allah akan mencintaimu dan menjadikan makhluk-Nya cinta kepadamu.
14.) Wahai hamba Allah, apabila kau bersumpah untuk melaksanakan sesuatu yang bukan merupakan ketaatan kepada Allah, maka janganlah kau melaksanakannya, dan bayarlah kaffarat (tebusan) untuknya.
15.) Berterima kasihlah kepada orang lain atas kebaikan mereka kepadamu, dan balaslah kebaikannya itu kalau kau mampu.
16.) Janganlah kau bertengkar dengan seseorang sekalipun kau benar. Jika kau hendak melaksanakan sesuatu dari urusan dunia, maka pikirkanlah akibatnya.
17.) Wahai hamba Allah, janganlah kau merasa suka kalau seseorang ditimpa sesuatu yang kau sendiri tidak suka mengalaminya.
18.) Sabda Nabi: “Tiadalah Allah memberi suatu nikmat kepada seseorang kemudian ia mengucapkan ‘Alhamdulillah’, melainkan perilaku dan ucapan yang demikian itu lebih besar daripada nikmat itu sendiri, meski sebesar apapun nikmat itu”.
19.) Jika kau ingin melaksanakan sesuatu yang merupakan ketaatan kepada Allah, maka janganlah kau menunda-nunda kalau kau sanggup melakukannya segera, lantaran dirimu sendiri tidak dijamin kondusif dari peristiwa-peristiwa yang bakal terjadi. Jika kau punya cita-cita lain yang bukan merupakan ketaatan kepada Allah, kalau kau sanggup untuk tidak melaksanakannya, maka janganlah kau laksanakan. Semoga Allah menawarkan kesibukan lain untukmu sehingga kau meninggalkannya.
20.) Janganlah kau menyebut-nyebut kebaikan yang pernah kau berikan kepada seseorang, lantaran yang demikian itu sanggup menghilangkan pahalamu. Jika ada orang yang berbuat kebaikan kepadamu sedang kau tidak sanggup membalasnya, maka pujilah beliau dan sebut-sebutlah.
21.) Kalau kau telah bersumpah untuk melaksanakan sesuatu sedangkan orangtuamu atau salah satunya bersumpah biar kau melaksanakan sesuatu yang berbeda dengan yang kau kehendaki, maka taatilah kedua orang tuamu asalkan perintah mereka itu bukan maksiat.
22.) Jadilah kau seolah-olah malaikat pencabut nyawa telah mencabut nyawamu, seolah-olah bumi menelanmu, seolah-olah gelombang dahsyat menyedotmu ke dalam lautan dan meneggelamkanmu. Barangsiapa telah hingga pada kondisi ini pasti aturan lantaran akhir tidak kuat lagi bagimu. Karena, keberadaan itu hanyalah berdasarkan pandangan lahiriah saja, bukan berdasarkan alam batin.
23.) Wahai insan jahil, kau ingin mengubah dan mengganti kehendak-Nya, apakah kau mengaku menjadi yang kuasa kedua sesudah Allah Azza wa Jalla, dimana kau memaksa Dia biar menyesuaikan suatu hal menjadi kebalikannya.
24.) Orang-orang yang beriman itu tetap bertahan dari cobaan dan ujian Allah, bahkan cobaan dan ujian tersebut malah mengantarkan dirinya ke puncak kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam menghadapi cobaan dan ujian tersebut ialah mendapatkan dan sabar dalam menghadapinya tanpa mengadu kepada orang lain atau meminta dukungan pada selain Allah, bahkan ketika itu beliau lebih ulet dan lebih sibuk bersama Allah Azza wa Jalla.
25.) Siapa yang tidak berbudi dengan pendidikan syariat, pasti beliau akan dididik dengan api neraka di hari final zaman nanti.
26.) Wahai hamba Allah, bertobatlah kamu. Apakah kau tidak tahu bahwa Allah Azza wa Jalla menguji kau dengan suatu ujian itu biar kau bertobat kepada-Nya, tetapi kau tidak memikirkan untuk melepas maksiat terhadap-Nya ?
27.) Wahai hamba Allah, insan telah disediakan celaan dan kebanggaan ibarat ekspresi dominan panas dan ekspresi dominan dingin, atau ibarat siang dan malam. Keduanya sama-sama tidak lepas dari pengawasan Allah. Oleh lantaran itu tidak seorangpun yang bisa mendatangkan celaan dan kebanggaan atau salah satunya, kecuali dengan izin Allah. Apabila hal tersebut telah terperinci bagimu, maka kau tidak perlu besar hati dengan kebanggaan dan tidak cemas dengan adanya celaan.
28.) Wahai manusia, celaka benar kau yang mengikuti perbuatan andal neraka tetapi mengharapkan surga. Ini memperlihatkan kerakusanmu yang tidak pada tempatnya, lantaran kau tidak berhak memperoleh apa yang kau harapkan itu dikarenakan jalan yang kau tempuh ialah menyimpang jauh. Janganlah kau terperdaya oleh kenikmatan dunia yang kau sangka kau peroleh. Padahal dalam waktu erat hal itu akan tercabut darimu. Allah akan merendahkan kehidupanmu sehingga kau tunduk dan patuh kepada-Nya.
29.) Wahai hamba Allah, jadilah kau orang yang benar, tentu kau akan baik. Jadilah kau pembenar dalam hukum, tentu kau baik dalam keilmuan. Jadilah kau baik dalam perasaan, tentu kau baik dalam kenyataan. Setiap keselamatan yang ada dalam ketundukan kepada Allah ialah sebagai perwujudan dari melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya serta sabar atas ketentuan-Nya. Barangsiapa menuruti Allah, tentu Allah mengabulkan permohonannya dan doanya, dan siapa yang tunduk kepada Allah, tentu orang lain akan tunduk kepadanya.
30.) Wahai hamba Allah, tunduklah kau kepada-Nya untuk mencari ridha-Nya. Jagalah sesuatu yang diberikan dan yang mengakibatkan siksa. Taat kepada Allah ialah melaksanakan segala perintah dan menghentikan segala yang dihentikan serta bersabar atas ketentuan-Nya.
Bertobatlah kamu, menangislah di hadapan-Nya, rendahkanlah dirimu dengan derai air mata sepenuh hati. Menangis lantaran takut kepada-Nya itu suatu ibadah dan mata yang menangis lantaran takut Allah itu tidak akan tersentuh oleh panasnya api neraka di alam abadi nanti, maka menangislah kau lantaran menangis itu membawa manfaat bagimu.
Wahai hamba Allah, mengapa kau menuhankan dirimu, informasi apa yang kau terima hingga kau sombong kepada Allah Azza wa Jalla. Mengapa kau berkehendak selain yang Dia kehendaki, bahkan kau cinta musuh-musuh-Nya, setan yang terkutuk. Mengapa kalau keputusan Tuhan telah tiba kau berontak tidak sabar, bahkan kau lari dan mencabut apa yang menjadi kehendak-Nya. bersambung
0 komentar:
Post a Comment