Nasihat Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Perihal Menjaga Hati

1.) Wahai hamba Allah, apabila kau lebih mengutamakan makhluk daripada Penciptanya, maka sebetulnya kau itu dalam kesakitan, dalam kebinasaan, dan hingga kapan perilakumu itu kau tunjukkan di hadapan Allah Al-Haq, dan hingga kapan lagi kau sadar dari keingkaranmu itu?

Sampai kapan lagi kau menghidupkan dunia dan mematikan alam abadi ? Sesungguhnya setiap insan itu cuma berhati satu, maka tidak akan bisa mengasihi dunia dan alam abadi dalam satu waktu. Kalau hatimu cinta dunia kau akan melupakan alam abadi dan kalau kau mengasihi akhirat, maka dunia akan kau lupakan dan tidak kau cintai. Oleh alasannya itu, cintailah kehidupan yang lebih kekal diantara keduanya. Ingat, kehidupan dunia ini sangat terbatas, singkat sekali bagimu, kemudian dunia akan kau tinggalkan begitu saja.

Hati insan itu satu, mustahil bisa berdzikir kepada Pencipta dan yang diciptakan dalam satu waktu. Kalau hatimu telah kau isi dengan dzikir kepada Allah, maka yang selain-Nya akan kau lupakan, tetapi kalau kau berdzikir (ingat) selain Allah, maka Allah akan kau lupakan. Kalau kau mengaku mengasihi dunia dan akhirat, dan kalau kau mengaku ingat Pencipta dan yang diciptakan, semua itu yaitu legalisasi dusta semata.

2.) Wahai hamba Allah, bila kau cinta Allah atau mengasihi yang lain, janganlah kau satukan dalam satu hati dikarenakan kau mustahil akan mampu, dikarenakan kalau kau telah mengasihi dunia berarti kau tidak cinta kepada Allah Azza wa Jalla.

“Allah sekali-kali tidak menyebabkan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (QS. Al-Ahzab: 4)

Dunia dan akhIrat tidak sanggup dipadukan. Pencipta dan yang diciptakan tidak sanggup disatukan. Tinggalkanlah sesuatu yang fana (yang sanggup sirna) sehingga memperoleh sesuatu yang tidak fana (kekal). Relakan dirimu dan hartamu hingga kau memperoleh surga-Nya.

3.) Ketahuilah bahwa makhluk dan Pencipta tidak bisa disatukan, dunia dan alam abadi dalam hati tidak sanggup dipadukan, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa dibenarkan. Tetapi keberadaan makhluk sanggup dilukiskan dalam lahir jiwamu, dan Pencipta terlukis melalui batin. Dunia di tangan dan alam abadi dalam hatimu, dimana kalau sudah di hati janganlah kau satukan.

4.) Lihatlah dirimu dan pilihlah untuk-Nya. Jika kau menghendaki dunia, keluarkan alam abadi dari hati, dan kalau menghendaki alam abadi maka bebaskanlah dunia dari hati. Jika kau ingin bersahabat dengan Allah, maka bebaskanlah hatimu dari dunia dan akhirat. Selama dalam hatimu terdapat sesuatu selain Allah, maka kau tidak akan bisa melihat kedatangan-Nya, dan tidak bisa menyatakan berani dan berdiam untuk-Nya. Selama dalam hatimu menyenangi dunia, maka tidak akan sanggup melihat akhirat, dan selama dalam hatinya masih terdapat akhirat, maka tidak sanggup menyaksikan Tuhan. Janganlah kau mendekati pintu-Nya kecuali dengan hati yang murni, biar usahamu tidak sia-sia.

5.) “Sesungguhnya hati itu berkarat, dan sesungguhnya penjernihannya yaitu dengan membaca Al-Qur’an, ingat mati, dan mendatangi majlis dzikir.” (Al-Hadits)

Hati itu berkarat, kotor, dan gelap dimana untuk menjernihkan hati yaitu dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, mengingat mati, dan mendatangi majlis dzikir, yaitu suatu pertemuan untuk mengingat Allah dan dzikir kepada-Nya. Jika tidak mau memperbanyak membaca Al-Qur’an, mengingat mati, dan mendatangi majlis dzikir, maka hati menjadi gelap, gelap lantaran jauhnya dari cahaya kebenaran, lantaran cintanya kepada dunia dan kehidupannya yang tidak disertai sifat wara’. Siapa saja yang hatinya ditempati rasa cinta dunia, maka lenyaplah sifat wara’nya, yang tinggal hanyalah adonan halal dan haram. Ini berakibat lenyapnya rasa malu kepada Tuhan dan enggan mendekatkan diri kepada-Nya.

Wahai hamba Allah, terimalah apa yang disampaikan Nabimu, lenyapkan karat di hatimu dengan obatnya, sebagaimana telah dijelaskan kepadamu. Seandainya kau sakit dan dokter mengatakan obat-obatnya, tentu tidak akan tercapai ketentraman hidup sebelum kau melaksanakan perintah dokter itu.

6.) Wahai orang yang mensucikan diri, terapkanlah kesucianmu dalam batin, dalam hati, kemudian dalam jiwa dan dalam tubuhmu. Petunjuk zuhud itu tiba dari sana, bukan dari lahir ke batin. Apabila batin telah jernih, maka kejernihan itu berputar menuju hati, jiwa, anggota tubuh, makanan, minuman, dan ke seluruh tingkah laku.

7.) Allah pencipta penyakit dan obat. Durhaka itu penyakit dan taat itu sebagai obat, aniaya itu penyakit dan adil itu obatnya, salah itu penyakit dan benar itu obatnya, menentang Allah itu yaitu penyakit dan tobat atas dosa itu yaitu obatnya. Obatmu akan tepat kalau (kecenderungan kepada) makhluk, kau pisahkan dari hatimu, kemudian kau jalin hubungan yang erat dengan Allah.

8.) Kamu tidak akan sanggup mencapai Allah selama kau masih membawa najis, lahirmu tidak sanggup masuk ke dalam kekuasaan-Nya bersama benda-benda najis yang tersimpan dalam batinmu. Suatu amalan tidak akan kau peroleh sebelum terenungkan dalam jiwa yang bersih, dan pada gilirannya memasukkan dirimu dalam kerajaan-Nya.

9.) Wahai hamba Allah, gerakan verbal tanpa dibarengi dengan amalan hati tidak akan bisa mengajakmu hingga kepada Allah Azza wa Jalla. Perjalanan itu hanyalah perjalanan hati, kedekatan itu hanyalah kedekatan hati, amalan itu hanyalah amalan yang berfungsi, menjaga aturan syariat itu melalui anggota tubuhmu dan berendah diri untuk beribadah. Barangsiapa yang menyebabkan lidahnya sebagai tolok ukur, maka ia tidak punya ukuran. Barangsiapa menampakkan amal kepada manusia, maka tiada amal baginya. Usahakan bersedekah dengan sembunyi, jangan kau tampakkan secara terang-terangan kecuali amalan wajib.

10.) Wahai hamba Allah, semua obat terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus kausalitas (hukum alasannya akibat) dan mengosongkan diri dari tuhan-tuhan selain Allah Yang Haq. Tetapi yang manjur terletak dalam peng-Esa-an Allah berdasarkan hati bukan berdasarkan ucapan. Tauhid terletak dalam hati, zuhud di hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan perihal Allah di hati, cinta Allah dalam hati, dan bersahabat dengan Allah juga dalam hati bukan pada lisan. Sekalipun lisanmu mengucapkan atau berdzikir beribu-ribu kali dalam sehari, tetapi kalau dalam hatimu terbang kemana-mana, ingat harta benda dunia, ingat makhluk yang hina, maka ucapanmu itu menyerupai orang yang kesurupan, yang berbicara seenaknya tanpa direnungkan makna yang terkandung di dalamnya.



11.) Wahai hamba Allah, kehendakmu kepada Allah itu tidak benar kecuali semata-mata hanya kau tujukan kepada-Nya. Setiap orang yang hendak menuju Allah tetapi masih dibarengi dengan menuju kepada orang lain, maka sia-sialah semua usahanya itu. Hendak menuju kepada Allah itu harus murni, harus berhati suci dan bebas dari yang selain Allah, dan kalau tidak maka perjuangan itu dinamakan riya, syirik, mempersekutukan Allah dengan benda lain. Amal menyerupai ini yaitu lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, dan siapa yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat, maka orang itu termasuk orang yang merugi, rugi di dunia lantaran hatinya tidak tenang, hatinya selalu galau lantaran keinginannya tidak pernah sepenuhnya terpenuhi, dan rugi di alam abadi lantaran di sana nanti akan memperoleh imbalan siksa yang menghinakan.

12.) Wahai hamba Allah, beramallah kau dengan anggota tubuhmu dan hadapkanlah hatimu kepada-Nya semata. Amalanmu yaitu untuk dirimu sendiri dan untuk persiapanmu menghadapi pertemuanmu dengan Tuhanmu nanti, maka dalam bersedekah hadapkan hatimu kepada-Nya, bukan kepada yang selain Dia. Ilmu lahir menjadi penerang lahir sedang ilmu batin menjadi penerang batin. Ilmu sebagai penerang antara kau dengan Tuhanmu. Kalau kau bersedekah berdasarkan ilmu yang kau miliki tentu mendekatkan jalanmu kepada Allah Al-Haq, memperluas pintu antara kau dan Tuhanmu.

13.) Wahai hamba Allah, cintamu terhadap sesuatu selain Allah itu yaitu cinta yang semu, cinta yang gampang lenyap, dikarenakan cinta sejati yaitu cintanya seorang hamba kepada Tuhannya. Kalau kau mengasihi makhluk, maka cintamu itu sangat terbatas, gampang lenyap, bahkan gampang sekali bermetamorfosis suatu kebencian, menjadi musuh bagimu. Tetapi cintamu kepada Allah yaitu cinta hakiki, perasaan cinta yang kekal abadi, yang membawa tenangnya hatimu bersama-Nya dalam setiap ketika dan waktu, bahkan disaat-saat selesai hayatmu pun perasaan cinta dan perasaan damai itu akan selalu menyelimutimu. Tetapi abnormal sekali lantaran kau lebih suka melupakan Allah daripada melupakan ciptaan-Nya.

Wahai hamba Allah, cinta orang-orang yang sebetulnya kepada Allah itu yaitu cinta yang tak tergoyahkan oleh apapun, lantaran cintanya keluar dari mata hati. Cinta mereka bukan sekedar keyakinan bahkan disertai yakin. Kalau mata terbuka dari tabir epilog mata hati, maka merekapun bisa menembus apa yang ada dalam mistik maupun melihat sesuatu yang mustahil bisa disingkap oleh orang lain.

14.) Wahai hamba Allah, kalau tobatmu murni, imanmu pun suci. Menurut andal sunnah, keyakinan itu bertambah dan berkurang, bertambah lantaran ketaatan dan berkurang lantaran melaksanakan maksiat. Demikianlah hak dan kewajiban insan yang harus diperhatikan. Tetapi untuk orang-orang pilihan, keyakinan mereka selalu bertambah lantaran lenyapnya makhluk dari mereka. Bertambah lantaran ketentraman mereka bersama Allah dan berkurang lantaran ketentraman mereka bersama selain Allah.

15.) Sesungguhnya kebahagiaan hati tidak bisa diperoleh kecuali sesudah ada pembatas nafsu. Apabila kau sanggup mencegah, tentu pintu kebahagiaan terbuka untukmu. Sehingga bila hati berkarya, kebahagiaan segera tiba dari Allah, rahmat tiba pada jiwa.

Wallahu A’lam


Sumber: Buku Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani

0 komentar:

Post a Comment