Showing posts with label Kisah Sahabat. Show all posts
Showing posts with label Kisah Sahabat. Show all posts
Ayat berikut secara jelas memberitahukan kepada orang-orang beriman agar jangan saling mengolok-olok.
JANGAN MENGOLOK-OLOK SAUDARA SESAMA

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) bisa jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) bisa jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (al-Hujuraat: 11)

Allah menyuruh manusia menahan diri dari mengolok-olok. Mengolok-olok dapat berupa menertawai kemalangan orang lain, tersenyum sinis, menyindir, atau memandang rendah. Sikap-sikap seperti itu merupakan budaya orang-orang jahil dan tidak sesuai dengan orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Al-Qur`an memperingatkan kita bahwa orang yang memperturutkan sikap yang demikian akan menderita karena api neraka akan merambat sampai membakar hati mereka.

Allah tidak suka dengan orang yang suka mengolok-olok

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya, dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya, api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (al-Humazah: 1-9)

Tidaklah mungkin bagi orang-orang beriman berperilaku sinis setelah mengetahui kehendak Allah ini. Karena itu, tidak ada orang beriman yang dengan sengaja bersikap seperti itu. Akan tetapi, jikalau ada orang beriman yang tergelincir pada sikap demikian, hal itu disebabkan karena ketidaksadarannya berlaku salah dan menganggapnya sebagai lelucon. Akan tetapi, begitu ia menyadari kesalahannya, ia harus segera berhenti dan bertobat.
Related imageMotivasi Bagus "Kisah Imam Hanafi Dengan Sepatu Kayu"



Numan bin Tsabit atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hanifah, atau popular disebut Imam Hanafi, pernah berselisih atau terserempak dengan anak kecil yang berjalan mengenakan sepatu kayu.
“Sang imam berkata,
“Hati-hati nak dengan sepatu kayumu itu! Jangan sampai kau tergelincir.”
Anak kecil ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah.
“Bolehkah saya tahu namamu, tuan?”, tanya si anak kecil.
“Nu’man namaku.”, jawab sang imam.
“Jadi, tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelaran Al-Imam Al-A’dhom (Imam Agung) itu?”, tanya si anak kecil.
“Bukan aku yang memberi gelaran itu, masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelaran itu kepadaku.”
“Wahai Imam, hati-hati dengan gelaran mu itu. Jangan sampai tuan tergelincir ke neraka kerana gelaran.”
“Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkan aku di dunia. Tapi gelaran mu itu dapat menjerumuskan mu ke dalam api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”
Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itu pun tersungkur menangis. Imam Abu Hanifah (Hanafi) bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang anak kecil.
Betapa banyak manusia tertipu kerana pangkat, jawatan, jabatan, tertipu kerana kedudukan dan tertipu kerana kemaqamannya. Jangan kita jadikan gelaran di dunia untuk keangkuhan.
Sumber : http://www.bidadari.my