Pada ketika usianya delapan tahun, Nabi Muhammad saw. memberikan keinginannya untuk menggembala kambing kepada pamannya, Abu Thalib. Sang paman kaget mendengar hal itu. Ia berusaha mencegahnya, namun gagal. Begitu pula dengan sang bibi, Fatimah binti Asad, istri Abu Thalib. Keduanya bahwasanya tidak tega jika keponakannya yang masih kecil itu harus bekerja menggembala kambing. Akan tetapi tekad Nabi Muhammad saw. begitu lingkaran sehingga tidak dapat dihentikan.
Mau tidak mau balasannya Abu Thalib menuruti impian Muhammad saw.. Bahkan, ia mencarikan ‘bos’ bagi Muhammad saw. Abu Thalib menghubungi kenalannya dari orang Quraisy yang kaya dan mempunyai banyak kambing, untuk digembala Muhammad saw.
Sang bibi, Fatimah binti Asad juga sama. Ia selalu mengantar Muhammad saw. sampai ke lisan pintu ketika keponakannya itu hendak berangkat menggembala. Tidak hanya itu, Fatimah juga selalu menyiapkan bekal makanan untuk Muhammad saw. Selama Muhammad saw. menggembala, Fatimah selalu gelisah. Khawatir sesuatu yang jelek terjadi kepada keponakan terkasihnya. Oleh karenanya, Fatimah selalu menanyakan banyak hal kepada Muhammad saw. Tidak lain untuk memastikan jika keponakannya itu baik-baik saja.
Lantas apa yang menciptakan Muhammad saw. memutuskan untuk menggembala kambing? Mengapa tidak melaksanakan hal yang lainnya misal berdagang atau jualan? Dan di usia yang masih belia menyerupai itu, bukankah bawah umur biasanya sibuk bermain ke sana kemari?
Merujuk buku Bilik-bilik Cinta Muhammad (Nizar Abazhah, 2018), setidaknya ada tiga alasan mengapa Muhammad saw. balasannya memutuskan untuk bekerja menggembala kambing.
Pertama, membantu meringankan beban keuangan pamannya, Abu Thalib. Setelah ibunya, Aminah, wafat, Muhammad saw. hidup di rumah kakeknya, Abdul Muthalib. Kemudian ketika Abdul Muthalib wafat, Muhammad saw. balasannya hidup bersama pamannya, Abu Thalib. Pada ketika awal-awal tinggal bersama Abu Thalib, Muhammad saw. biasa-biasa saja. Beliau bermain dan makan bersama dengan bawah umur Abu Thalib.
Namun usang kelamaan, Muhammad saw. mulai sadar bahwa kondisi ekonomi pamannya memprihatinkan. Ditambah pamannya juga mempunyai anak yang banyak. Hal itulah yang menggerakkan Muhammad saw. untuk berbuat sesuatu. Bekerja apapun itu, yang penting dapat menghasilkan uang untuk sekedar membantu ekonomi keluarga pamannya. Mungkin ini yang menjadi alasan utama Muhammad saw. menggembala kambing.
Kedua, menggembala kambing tidak butuh modal. Boleh dikata jika Muhammad saw. sudah berpikir secara mendalam untuk mengambil profesi sebagai penggembala kambing. Profesi itu yaitu sempurna dan pas bagi dirinya yang usianya masih belia dan tidak mempunyai modal. Muhammad saw. sadar bahwa pada ketika itu semua pekerjaan sudah dikerjakan budak, kecuali berdagang. Namun untuk berdagang harus mempunyai modal, sementara Muhammad saw. tidak mempunyai itu. Sementara ia ingin sekali membantu meringankan beban pamannya.
Akhirnya ia menemukan satu pekerjaan yang pas untuk dirinya dan tidak memerlukan modal, yaitu menggembala kambing. Tidak lain, itu semata-mata dilakukan untuk membantu meringankan beban ekonomi pamannya, Abu Thalib.
Ketiga, Muhammad saw. suka berada di padang terbuka yang luas. Muhammad saw. sangat bahagia dengan padang terbuka yang luas. Di sana, ia dapat merenungkan alam dengan segala keindahan dan kebesarannya. Di padang terbuka pula Muhammad saw. bebas merenungkan segala sesuatu secara mendalam tanpa ada yang mengganggunya. Oleh alasannya yaitu itu, ia memutuskan untuk menggembala kambing di padang terbuka yang luas di wilayah Makkah.
Muhammad saw. menjadi penggembala kambing kurang lebih selama empat tahun. Ketika usianya 12 tahun, Muhammad saw. tidak lagi menjadi penggembala kambing alasannya yaitu alasan tertentu pula.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU