Interaksi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan pihak militer di antaranya terjadi dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut. Foto epik Gus Dur salah satunya ketika mengenakan seragam Tentara Nasional Indonesia AL.
Menurut keterangan seorang santri Gus Dur Nuruddin Hidayat (2018), Gus Dur mengenakan Hasta Siempre Comandante dalam peringatan hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia AL ketika Gus Dur menjabat Presiden RI.
Saat itu, seorang perwira dari Korps Marinir Tentara Nasional Indonesia AL dalam sebuah percakapan mengatakan, “Pernah sewaktu KH. Abdurrahman Wahid menjabat Presiden RI berbicara di depan pasukan Marinir Tentara Nasional Indonesia AL di daerah saya, ia berbicara begini:
"Menyelamlah kalian hingga ke dasar lautan yang terdalam hingga tubuhmu resap oleh kecintaanmu kepada-Nya. Dan jangan palingkan mukamu ke sisi lain jikalau kau belum mengenal apa yang kau perbuat,” tutur Gus Dur.
Dawuh Gus Dur tersebut penting menjadi perhatian bahwa proses persenyawaan insan dengan alam maupun dengan seluruh makhluk ciptaan Allah harus dilakukan. Hal ini juga terkait dengan proses berguru dan memahami ilmu yang terhampar di muka bumi.
Pernyataan Gus Dur itu juga menyoroti tradisi dan proses instan dalam proses berguru dan memahami ilmu. Hal ini tersirat dalam kalimat kedua dari dawuh di atas. Proses penggalian ilmu dan proses berguru harus bersifat dawam atau terus-menerus dan berkelanjutan ketika seseorang belum memahami ilmu tersebut.
Selain wisdom di atas, Gus Dur juga memiliki kisah lucu dengan Tentara Nasional Indonesia AL. Gus Dur yakni pemimpin bangsa yang menggagas lahirnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (dulu Departemen Kelautan dan Perikanan).
Alasan Gus Dur sederhana, dua pertiga wilayah RI yakni laut. Dan dalam sejarah, bangsa Nusantara yakni bangsa maritim. Benteng utama pertahanan maritim Indonesia dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia AL dengan Marinir sebagai pasukan elitnya.
Dalam buku The Wisdom of Gus Dur: Butir-Butir Kearifan Sang Waskita (2014), suatu ketika dalam suasana santai, Presiden Gus Dur berbincang ringan dengan ajudannya yang lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL).
Karena dikenal sebagai sosok egaliter, Gus Dur tak sungkan berbincang dengan siapa pun. Alasan itulah yang menciptakan orang-orang dekatnya juga tak segan meski Gus Dur yakni seorang Presiden.
“Gus, salah satu negara di Amerika Latin, yaitu Paraguay nggak punya laut, kok punya Angkatan Laut?” tanya Ajudan.
“Sama ibarat saya, punya Ajudan, tetapi saya bukan ibarat Presiden. Lah, kau manggil saya Gus,” ujar Gus Dur sambil terkekeh dalam hati.
“Siap Pak Presiden!” sontak Ajudan pribadi sadar dan memberi hormat.
“Ndak apa-apa, saya cuma ngetes seberapa besar selera humor seorang tentara,” lontar Gus Dur dengan tawanya yang khas, sedangkan Ajudan hanya dapat menahan tawa alasannya yakni sudah terlanjur hormat.
Sumber: Situs PBNU
0 komentar:
Post a Comment